Senin, 30 Mei 2016

You Reap What You Sow

Kau menuai apa yang kau tanam.
Ini terjadi saat aku masih duduk di bangku sekolah dasar. Saat aku kelas lima, seorang anak perempuan bernama Yasuko pindah ke sekolahku. Dia berambut bob pendek yanh tampak hampis seperti mangkuk, dan tanpa menghiraukan apa yang terjadi dia selalu mengenakan celana senamnya. Daripada memikirkan bahwa dia aneh, aku tak terlalu memperhatikannya. Sekitar trimester ketiga, semua orang mendapati bahwa dia dan Kazuo, seorang anak dikelas yang dibully, sedang bertukar surat cinta. Berita tersebar sangat cepat, dan sebelum mereka tahu, setiap orang menyebarkan rumor tentang mereka.
Suatu hari mereka saling melirik selama jam makan siang, aku menetap sambil membuat sketsa gambar. Mataku begitu saja terpaku pada mereka.
 “Kau mau cari masalah? Aku akan meludahimu jika kau tak melihat ke tempat lain!” Yasuko berteriak padaku. Saat itu, aku adalah pemimpin dari beberapa anak nakal di sekolah, jadi aku tak bisa menerima sikap seperti itu.
“Maju dan cobalah, hahahah!”
Dia bangkit dari tempat duduknya dan berjalan ke arahku. Mulutnya bergerak yang menunjukkan bahwa dia sedang mengumpulkan ludah di mulutnya, dan saat dia tinggal seinci dari wajahku, dia meludah. Seluruh kelas terdiam melihat. Aku tak menyangka dia akan melakukannya, sehingga aku terduduk kaget beberapa saat sebelum kembali sadar.
 “Aku akan menangkapmu!” aku mulai berdiri, tapi Yasuko kembali meludah!
Aku tidak terima hal semacam ini dengan enteng, dan itu mungkin hal yang paling membuatku marah. Walaupun dia perempuan, aku memukulnya sampai aku melihat darah. Tetesan darah merah mulai mengalir dari hidungnya, tapi aku tak berhenti memukuli dan menendanginya sampai seorang guru datang dan memanggilku keluar ruangan. Yasuko menangis, dan di dalam aku menertawakannya. Aku tidak berpikir aku keterlaluan. Dia pantas menerimanya.
Sejak hari itu, dia menjadi target pembullyanku. Aku pikir aku paling berkuasa, tapi dia tak melepaskanku dengan mudahnya. Dia duduk tepat di belakangku di kelas, dan sepanjang hari dia mencabik-cabik penghapusnya dan menjentikkannya padaku. Ini terus berlanjut  sampai kami di kelas enam. Sungguh menyebalkan, aku kembali satu kelas dengannya.
Aku kira jika dia menggangguku lagi kali ini, tapi tak seburuk sebelumnya. Itu membuatku lebih mudah. Walaupun dia hanya seorang perempuan, aku berusaha mati-matian. Dua orang temanku turut membantuku merencanakan untuk melukainya. Kami biasa bersembunyi di depan rumahnya dan menunggunya keluar. Saat dia keluar, kami menyerangnya. Lewat waktu dia berhenti melawan, dan hanya kami bertiga yang membullynya.
Saat kami memasuki sekolah menengah, entah bagaimana Yasuko berubah. Dia mulai menjadi lebih baik di kelas, dan kepribadiannya menjadi lebih periang. Aku pikir itu, hanya sebagaimana waktu sekolah dasar, aku akan menjadi pemimpin kelas sehingga kami bisa 
Tetapi kedua teman yang membantuku melawan Yasuko mulai serius dengan pendidikan mereka, dan kami berhenti bermain-main. Akhirnya kehidupan sosialku pun berakhir. Yasuko mulai menyebarkan rumor tentangku, dan aku dibully oleh teman sekelas dan kakak kelasku. Aku tak tahu berapa kali orang-orang mendorong kepalaku ke toilet. Pakaianku dicuri, dan orang-orang mulai berpikir bahwa aku termasuk orang mesum. Akhirnya aku mencapai titik di mana aku tak tahan lagi, dan akupun berhenti datang ke sekolah.
Ada pusat konseling yang aku tuju, dan suatu hari saat aku pulang dari tempat itu aku menghampiri Yasuko. Sebuah senyum lebar tersungging di wajahnya saat dia melihatku, dan saat dia lewat dia mengatakan sesuatu yang tak akan pernah kulupakan.

“Kau menuai apa yang kau tanam.”
***
Source: Okaruto.tumblr
Translated by: Kuro-chan

Kamis, 26 Mei 2016

Photography

Adikku menceritakan hal ini beberapa saat yang lalu.
Ada sebuah tempat yang disebut restoran berputar di sebuah jalan dekat laut di prefektur rumah kami. Lima atau enam tahun yang lalu, seorang gadis dibunuh dan tubuhnya dibuang ke sana. Itu sebuah cerita yang sangat terkenal.
Bagaimanapun, tepat setelah hal itu terjadi adikku dan teman-temannya mengendarai sepeda motor mereka ke sana untuk memeriksa tempat kejadian itu. Tempat parkir berada di atas tepi bukit, dan gadis itu mati di dasar bukit itu. Bunga-bunga diletakkan di sekitar area di mana tubuhnya ditemukan untuk memperingati kematiannya.
Adikku dan teman-temannya memutuskan mareka ingin mengambil sebuah gambar di depat bunga-bunga itu. Mereka berbaris, dan tepat sebelum mereka mengambil foto, adikku mengambil salah satu buket. Dia berdiri tepat di tengah teman-temannya, menggenggam bunga itu dengan kedua tangannya.
Mereka semua berpikir bahwa itu hanya akan menjadi sebuah foto yang normal, tetapi ketika mereka selesai, sesuatu yang aneh muncul: kabut.
“Itu hanya kabut,” kataku, melirik saat adikku menceritakan hal itu. “Bukankah seharusnya kau senang bahwa hanya itu yang ada?”
“Itu bukan itu hanya kabut!” tegasnya. “Ada asap hitam datang dari dada kami, naik dan menutupi kami. Kau tak bisa melihat wajah kami di foto.”

Aku benar-benar ingin melihat foto itu. Aku pikir mereka masih memiliki negatifnya juga, tapi mereka akan membakarnya untuk amannya.
Translated by: Kuro-chan
Source: okaruto
***
Lagi-lagi ngepost hasil terjemahan creepypasta. Lagi keranjingan dan latihan nerjemahin fiksi terutama cerita-cerita horror. Maaf kalo masih kurang enak dibaca, but hope you like and enjoy it. Mohon kritik dan sarannya yaahh... ^_^

Rabu, 25 Mei 2016

The Silhouette


Keluargaku telah tinggal di rumah yang sama selama hampir sepuluh tahun, tetapi tak sekalipun kami pernah menemui hal-hal sipranatural ataupun seram. Mungkin karena kami membangun sendiri rumah ini dan memastikan tak ada mayat terkubur di dalam tanah, jadi kami tak perlu khawatir tentang keluarga-keluarga sebelumnya yang memiliki sejarah kelam atau semacamnya. Juga tak seorangpun mati di rumah ini, yang mengapa ketika akhirnya terjadi sesuatu yang mengganggu kepadaku suatu siang, aku tak bisa menemukan penjelasan mengapa itu terjadi.

Saat itu liburan musim panas, kau tahu, saat-saat itu ketika kau tak ada tugas sekolah untuk dikhawatirkan dan kau bisa bersantai di rumah sepanjang hari. Sepanjang waktu, orang-orang yang ada di rumah hanyalah aku, adik laki-lakiku, dan nenekku, sejak ibuku bekerja dan kakakku memiliki pekerjaan musim panas. Setelah menghabiskan berjam-jam di depan komputer, aku merasa bosan dan memutuskan untuk mandi cepat sejak siang hari itu terasa begitu lembab dan panas. Kau lihat, pintu kamar mandi kami memiliki desain kaca yang berwarna atau semacamnya (aku tak bagus dalam mendeskripsikan perbedaan tipe-tipe kaca) jadi kau bisa melihat siluet orang yang melewati pintu, tetapi detil lainnya seperti mata, hidung, atau mulut, tak jelas. Ketika ibuku memasangnya, aku membencinya karena aku perempuan dan aku tak suka pemikiran orang-orang melihatku saat di dalam walaupun hanya siluetku, karena jika kau cukup dekat dengan kaca, maka orang yang berada di sisi lain akan melihatmu lebih baik. Aku memiliki dua saudara laki-laki, jadi aku tak terlalu mengerti mengapa ibu memasang benda itu.

Bagaimanapun, mandiku baik-baik saja, hinnga aku menolehkan kepalaku dan menyadari sesosok tinggi berdiri tepat di luar pintu. Pastinya itu bukanlah nenekku karena beliau orangnya pendek, jadi aku mengira itu adalah adikku karena dia memang sangat tinggi walaupun dia lebih muda dariku.

“Hey, aku sedang mandi. Pergi!” seruku, tapi dia bahkan tak bergerak seincipun. Dia mungkin hanya mencoba menggangguku lagi, sehingga aku memutuskan untuk melempar botol sampo ke pintu. “Pergi!”

Syukurlah, diapun pergi, dan aku baru menyelesaikan mandiku sambil merasa sedikit jengkel. Secepat aku berpakaian, aku pergi untuk melabraknya di kamarnya. Dia sedang sibuk bermain dengan PC-nya.

“Apa yang sedang kau lakukan berdiri di depan kamar mandi seperti hantu saat aku mandi?”
“Aku tak menakutimu,” jawabnya enteng tanpa melihat ke arahku. Aku hanya memutar mataku dan tak mendesaknya lebih jauh, semenjak dia cenderung berbohong saat tertangkap basah melakukan beberapa keisengan dan itu tidaklah mudah untuk membuatnya mengakuinya. Aku memutuskan untuk tak menghiraukannya karena dia tak melakukannya lagi di sisa hari itu, jadi mungkin dia hanya sedang bosan saat itu. Hari selanjutnya, aku sedang mandi siang lagi dan saat aku melihat ke pintu, ada dia lagi. Hanya berdiri di sana dan mungkin melihat siluetku bergerak saat aku mandi.

“DAN!!!! PERGI!!!” teriakku, merasa terganggu tetapi sedikit takut akan ulah saudaraku. Aku mulai berpikir bahwa mungkin dia menemukan beberapa hal porno secara online dan sekarang mulai berfantasi tentangya. Itu benar-benar mengerikan. “PERGI ATAU KUPANGGIL IBU!!!”

Akhirnya, dia mulai beranjak berbalik dan pergi, kemudian menghilang ke gang sebelah kiri. Baru saja aku bernafas lega, tetapi kemudian sesosok siluet yang berbeda datang berlari dari arah berlawanan dan berhenti tepat di depan pintu. Darahku membeku saat aku menyadari bahwa orang tersebut adalah JELAS-JELAS adikku. Aku bisa melihat jelas kulit coklatnya dan bahkan warna kuning baju spongebobnya. Sedangkan siluet yang lain, sama-sama tinggi tetapi hitam seperti bayangan.

“Apa yang kau katakan?” dia memanggil, sepertinya dia memang tidak mendengar apa yang telah kuteriakkan. Aku tak bisa menjawab karena aku benar-benar masih kaget akan apa yang baru saja terjadi. Seperti pikiranku hilang begitu saja.

 “Hey? Kau baik-baik saja?” suara adikku menyentakku, dan aku cepat-cepat berpakaian. Saat aku keluar, aku disapa oleh wajah bingung adikku. Aku mungkin terlihat sangat pucat karena aku masih bisa merasakan tubuhku kaku atas semua kejadian itu. Aku menarik adikku ke ruang keluarga dan mulai mejelaskan semuanya kepadanya. Dia tak mengejek ataupun menertawakanku walaupun kami sama-sama menjengkelkan sepanjang waktu, saat salah satu dari kami benar-benar terguncang, kami tahu bahwa ada sesuatu yang salah. Dia menjelaskan bahwa dia tak mendengar seorangpun menyelinap ke dalam rumah, dan kami bahkan punya lima anjing di luar, demi Tuhan, dan tak satupun dari mereka menggonggong walau sekali. Saat itu kami tak ingin menyimpulkan bahwa itu adalah sesuatu yang bersifat paranormal, seperti yang aku bilang sebelumnya, kami tak pernah mengalami hal semacam itu di rumah setelah tinggal di sini dalam waktu yang sangat lama. Dan itu terjadi di siang bolong. Bukankah entitas paranormal lebih memilih untuk menakuti orang-orang di malam hari?

Kami memutuskan untuk menemui nenek karena beliaulah satu-satunya yang pernah mengalami hal-hal ganjil sewaktu muda. Semua yang beliau ceritakan adalah bahwa roh-roh cenderung mendatangi rumah-rumah sesekali walaupun mereka tidak tahu orang-orang yang tinggal di sana. Beliau bahkan bergurau bahwa mungkin roh tersebut hanya menyukaiku, tapi hal itu justru hanya menambah ketakutanku. Kami bertiga sepakat untuk merahasiakannya dari ibuku, karena ibuku orang yang benar-benar skeptis dan mungkin hanya akan mengomeliku, berkata bahwa aku terlalu banyak membaca hala-hal seram. Cukup melegakanku bahwa dua orang tersebut sepenuhnya mempercayai ceritaku.

Sejak pertemuan terakhir itu, aku tak mau masuk kamar mandi tanpa berdoa dan berdoa agar tetap aman dari sesuatu apapun itu. Atas semua yang kutahu, bisa saja itu iblis, dan aku sangat tidak ingin iblis menguntitku. Hal itu tidak terjadi selama beberapa hari seakan-akan memberiku jeda, tapi kemudian iblis itu kembali mendatangiku seolah untuk satu salam perpisahan.

Benar-benar sial bagiku, saat itu telah larut malam, dan hampis semua lampu telah mati walaupun seorangpun belum ada yang tertidur. Aku yang terakhir mandi, tapi aku memastikan telepon genggamku berada di kamar mandi denganku karena ketakutan masin menyelimuti benakku. Aku terus menatap kaca berwarna itu sambil berusaha mandi secepat yang aku bisa. Aku baru saja menyelesaikan separuh membilas sabun, saat aku melihat sosok hitam yang sama berjalan pelan mendekati pintu. Jantungku berdetak cepat, aku pelan-pelan meraih telepon genggamku, membiarkan shower terus menyala sehingga berharap makhluk itu tak akan tahu bahwa aku telah menyadarinya. Aku membiarkan nafas gemetaran sambil mencari nomor kontak adikku. Secepat aku menekan tombol panggilan dan telepon adikku mulai berbunyi dari suatu tempat di rumah, sosok itu tiba-tiba meraih kenop pintu dan mulai mencoba membukanya. Kenop pintu bergetar dengan sangat keras yang aku pikir itu pasti akan rusak.

Saat itu, aku benar-benar panik. Aku berteriak. Aku mengeluarkan teriakan paling keras yang pernah aku buat sepanjang hidupku, berharap semua orang mendengarnya dan datang menyelamatkanku. Aku benar-benar merasa putus asa, dan itu adalah hal terburuk yang pernah kualalmi. Aku merasa seperti apapun makhluk itu, dia ingin menyakitiku.

Saat suara langkah kaki bergema di gang, sosok itu cepat-cepat melangkah mundur dan segera menghilang kembali ke kegelapan solah-olah ia tak pernah ada. Saat aku bisa mendengar saudara-saudaraku dan ibuku memanggilku dari luar, aku meraba-raba untuk menutupi tubuhku dengan handuk dan membuka pintu. Aku memeluk siapapun yang paling dekat denganku dan menangis. Kata-kata penjelasan bercampur aduk keluar dari mulutku dan aku hanya berharap mereka memahamiku. Syukurlah, ibuku tak mengomeliku, dan berada di sampingku sepanjang malam untuk memastikan aku akan baik-baik saja.

Segera setelah itu, ibuku melepas pintu dan menggantinya dengan sesuatu yang padat. Sejak itu, aku tak pernah melihat sosok itu lagi, walaupun tak bisa kupungkiri bahwa aku masih memiliki ketakutanyang sama bahwa suatu hari, sosok itu akan muncul di hadapanku dan akhirnya menangkapku. Aku tak pernah tahu apa sesungguhnya itu dan apa yang dia inginkan dariku.


Atau dari semua yang aku tahu, dia sebenarnya hanya berdiri di balik pintu padat itu, menatap permukaan putih datar seperti dia masih bisa menatapku.

Credit to: Michael Whitehouse 
Translated by: Kuro-chan
Source: creepypasta.com
****
Pheww.. Lama gak ngeblog. Kali ini gak ngepost soal music ataupun movie. Kali ini gue ngepost sebuah creepypasta hasil terjemahan gue sendiri. Still not perfect but hope you can enjoy it.