Keluargaku telah tinggal di rumah yang sama selama hampir
sepuluh tahun, tetapi tak sekalipun kami pernah menemui hal-hal sipranatural
ataupun seram. Mungkin karena kami membangun sendiri rumah ini dan memastikan
tak ada mayat terkubur di dalam tanah, jadi kami tak perlu khawatir tentang
keluarga-keluarga sebelumnya yang memiliki sejarah kelam atau semacamnya. Juga
tak seorangpun mati di rumah ini, yang mengapa ketika akhirnya terjadi sesuatu
yang mengganggu kepadaku suatu siang, aku tak bisa menemukan penjelasan mengapa
itu terjadi.
Saat itu liburan musim panas, kau tahu, saat-saat itu
ketika kau tak ada tugas sekolah untuk dikhawatirkan dan kau bisa bersantai di
rumah sepanjang hari. Sepanjang waktu, orang-orang yang ada di rumah hanyalah
aku, adik laki-lakiku, dan nenekku, sejak ibuku bekerja dan kakakku memiliki
pekerjaan musim panas. Setelah menghabiskan berjam-jam di depan komputer, aku
merasa bosan dan memutuskan untuk mandi cepat sejak siang hari itu terasa
begitu lembab dan panas. Kau lihat, pintu kamar mandi kami memiliki desain kaca
yang berwarna atau semacamnya (aku tak bagus dalam mendeskripsikan perbedaan
tipe-tipe kaca) jadi kau bisa melihat siluet orang yang melewati pintu, tetapi
detil lainnya seperti mata, hidung, atau mulut, tak jelas. Ketika ibuku
memasangnya, aku membencinya karena aku perempuan dan aku tak suka pemikiran
orang-orang melihatku saat di dalam walaupun hanya siluetku, karena jika kau
cukup dekat dengan kaca, maka orang yang berada di sisi lain akan melihatmu
lebih baik. Aku memiliki dua saudara laki-laki, jadi aku tak terlalu mengerti
mengapa ibu memasang benda itu.
Bagaimanapun, mandiku baik-baik saja, hinnga aku
menolehkan kepalaku dan menyadari sesosok tinggi berdiri tepat di luar pintu.
Pastinya itu bukanlah nenekku karena beliau orangnya pendek, jadi aku mengira
itu adalah adikku karena dia memang sangat tinggi walaupun dia lebih muda
dariku.
“Hey, aku sedang mandi. Pergi!” seruku, tapi dia bahkan
tak bergerak seincipun. Dia mungkin hanya mencoba menggangguku lagi, sehingga
aku memutuskan untuk melempar botol sampo ke pintu. “Pergi!”
Syukurlah, diapun pergi, dan aku baru menyelesaikan
mandiku sambil merasa sedikit jengkel. Secepat aku berpakaian, aku pergi untuk
melabraknya di kamarnya. Dia sedang sibuk bermain dengan PC-nya.
“Apa yang
sedang kau lakukan berdiri di depan kamar mandi seperti hantu saat aku mandi?”
“Aku tak
menakutimu,” jawabnya enteng tanpa melihat ke arahku. Aku hanya memutar mataku
dan tak mendesaknya lebih jauh, semenjak dia cenderung berbohong saat
tertangkap basah melakukan beberapa keisengan dan itu tidaklah mudah untuk
membuatnya mengakuinya. Aku memutuskan untuk tak menghiraukannya karena dia tak
melakukannya lagi di sisa hari itu, jadi mungkin dia hanya sedang bosan saat
itu. Hari selanjutnya, aku sedang mandi siang lagi dan saat aku melihat ke
pintu, ada dia lagi. Hanya berdiri di sana dan mungkin melihat siluetku
bergerak saat aku mandi.
“DAN!!!! PERGI!!!” teriakku, merasa terganggu tetapi
sedikit takut akan ulah saudaraku. Aku mulai berpikir bahwa mungkin dia
menemukan beberapa hal porno secara online dan sekarang mulai berfantasi
tentangya. Itu benar-benar mengerikan. “PERGI ATAU KUPANGGIL IBU!!!”
Akhirnya, dia mulai beranjak berbalik dan pergi, kemudian
menghilang ke gang sebelah kiri. Baru saja aku bernafas lega, tetapi kemudian
sesosok siluet yang berbeda datang berlari dari arah berlawanan dan berhenti
tepat di depan pintu. Darahku membeku saat aku menyadari bahwa orang tersebut
adalah JELAS-JELAS adikku. Aku bisa melihat jelas kulit coklatnya dan bahkan
warna kuning baju spongebobnya. Sedangkan siluet yang lain, sama-sama tinggi
tetapi hitam seperti bayangan.
“Apa yang kau katakan?” dia memanggil, sepertinya dia
memang tidak mendengar apa yang telah kuteriakkan. Aku tak bisa menjawab karena
aku benar-benar masih kaget akan apa yang baru saja terjadi. Seperti pikiranku
hilang begitu saja.
“Hey? Kau
baik-baik saja?” suara adikku menyentakku, dan aku cepat-cepat berpakaian. Saat
aku keluar, aku disapa oleh wajah bingung adikku. Aku mungkin terlihat sangat
pucat karena aku masih bisa merasakan tubuhku kaku atas semua kejadian itu. Aku
menarik adikku ke ruang keluarga dan mulai mejelaskan semuanya kepadanya. Dia
tak mengejek ataupun menertawakanku walaupun kami sama-sama menjengkelkan
sepanjang waktu, saat salah satu dari kami benar-benar terguncang, kami tahu
bahwa ada sesuatu yang salah. Dia menjelaskan bahwa dia tak mendengar
seorangpun menyelinap ke dalam rumah, dan kami bahkan punya lima anjing di
luar, demi Tuhan, dan tak satupun dari mereka menggonggong walau sekali. Saat
itu kami tak ingin menyimpulkan bahwa itu adalah sesuatu yang bersifat
paranormal, seperti yang aku bilang sebelumnya, kami tak pernah mengalami hal
semacam itu di rumah setelah tinggal di sini dalam waktu yang sangat lama. Dan
itu terjadi di siang bolong. Bukankah entitas paranormal lebih memilih untuk
menakuti orang-orang di malam hari?
Kami memutuskan untuk menemui nenek karena beliaulah
satu-satunya yang pernah mengalami hal-hal ganjil sewaktu muda. Semua yang
beliau ceritakan adalah bahwa roh-roh cenderung mendatangi rumah-rumah sesekali
walaupun mereka tidak tahu orang-orang yang tinggal di sana. Beliau bahkan
bergurau bahwa mungkin roh tersebut hanya menyukaiku, tapi hal itu justru hanya
menambah ketakutanku. Kami bertiga sepakat untuk merahasiakannya dari ibuku,
karena ibuku orang yang benar-benar skeptis dan mungkin hanya akan mengomeliku,
berkata bahwa aku terlalu banyak membaca hala-hal seram. Cukup melegakanku
bahwa dua orang tersebut sepenuhnya mempercayai ceritaku.
Sejak pertemuan terakhir itu, aku tak mau masuk kamar
mandi tanpa berdoa dan berdoa agar tetap aman dari sesuatu apapun itu. Atas
semua yang kutahu, bisa saja itu iblis, dan aku sangat tidak ingin iblis
menguntitku. Hal itu tidak terjadi selama beberapa hari seakan-akan memberiku
jeda, tapi kemudian iblis itu kembali mendatangiku seolah untuk satu salam
perpisahan.
Benar-benar sial bagiku, saat itu telah larut malam, dan
hampis semua lampu telah mati walaupun seorangpun belum ada yang tertidur. Aku
yang terakhir mandi, tapi aku memastikan telepon genggamku berada di kamar
mandi denganku karena ketakutan masin menyelimuti benakku. Aku terus menatap
kaca berwarna itu sambil berusaha mandi secepat yang aku bisa. Aku baru saja menyelesaikan
separuh membilas sabun, saat aku melihat sosok hitam yang sama berjalan pelan
mendekati pintu. Jantungku berdetak cepat, aku pelan-pelan meraih telepon
genggamku, membiarkan shower terus menyala sehingga berharap makhluk itu tak
akan tahu bahwa aku telah menyadarinya. Aku membiarkan nafas gemetaran sambil
mencari nomor kontak adikku. Secepat aku menekan tombol panggilan dan telepon
adikku mulai berbunyi dari suatu tempat di rumah, sosok itu tiba-tiba meraih
kenop pintu dan mulai mencoba membukanya. Kenop pintu bergetar dengan sangat
keras yang aku pikir itu pasti akan rusak.
Saat itu, aku benar-benar panik. Aku berteriak. Aku
mengeluarkan teriakan paling keras yang pernah aku buat sepanjang hidupku,
berharap semua orang mendengarnya dan datang menyelamatkanku. Aku benar-benar
merasa putus asa, dan itu adalah hal terburuk yang pernah kualalmi. Aku merasa
seperti apapun makhluk itu, dia ingin menyakitiku.
Saat suara langkah kaki bergema di gang, sosok itu
cepat-cepat melangkah mundur dan segera menghilang kembali ke kegelapan
solah-olah ia tak pernah ada. Saat aku bisa mendengar saudara-saudaraku dan
ibuku memanggilku dari luar, aku meraba-raba untuk menutupi tubuhku dengan
handuk dan membuka pintu. Aku memeluk siapapun yang paling dekat denganku dan menangis.
Kata-kata penjelasan bercampur aduk keluar dari mulutku dan aku hanya berharap
mereka memahamiku. Syukurlah, ibuku tak mengomeliku, dan berada di sampingku
sepanjang malam untuk memastikan aku akan baik-baik saja.
Segera setelah itu, ibuku melepas pintu dan menggantinya
dengan sesuatu yang padat. Sejak itu, aku tak pernah melihat sosok itu lagi,
walaupun tak bisa kupungkiri bahwa aku masih memiliki ketakutanyang sama bahwa
suatu hari, sosok itu akan muncul di hadapanku dan akhirnya menangkapku. Aku
tak pernah tahu apa sesungguhnya itu dan apa yang dia inginkan dariku.
Atau dari semua yang aku tahu, dia sebenarnya hanya
berdiri di balik pintu padat itu, menatap permukaan putih datar seperti dia
masih bisa menatapku.
Credit to: Michael Whitehouse
Translated by: Kuro-chan
Source: creepypasta.com
****
Pheww.. Lama gak ngeblog. Kali ini gak ngepost soal music ataupun movie. Kali ini gue ngepost sebuah creepypasta hasil terjemahan gue sendiri. Still not perfect but hope you can enjoy it.