Kamis, 23 Juni 2016

Hair Taking


Ini adalah kisah yang kakekku ceritakan saat aku masih kecil. Beliau besar di sebuah desa di pegunungan. Kebanyakan penduduk desa bekerja di kehutanan, dan gunung itu sudah seperti keluarga kedua mereka.
Desa itu juga memiliki seorang tuan tanah, dan dia tinggal di sebuah rumah besar jauh dari siapapun. Dia tidak bekerja di hutan dan lebih memilih menghabisakan hari-harinya dengan bersanyai di rumah.
Kakekku mengatakan bahwa tinggal di sana memang indah, tetapi ada aturan-aturan khusus yang harus kau patuhi di desa itu. Peraturan tersebut adalah:
1.      Hari ketiga setiap bulan, tak seorangpun boleh mendekati rumah tuan tanah kecuali si pengambil rambut.
2.      Tak seorangpun boleh berbicara kepada orang-orang yang mengunjungi rumah tuan tanah.
Pada pagi hari ketiga setiap bulan, orang-orang luar desa akan mengunjungi rumah sang tuan tanah dan kemudian pergi di sore hari. Kakekku tumbuh dengan aturan tersebut dari sejak beliau dilahirkan, jadi beliaupun tak pernah menanyakannya. Mereka seperti sifat kedua untuk beliau, dan begitulah..
Suatu hari, seorang pria bernama Tasuku datang ke desa. Dia membangun sebuah kabin kecil di dekat rumah sang tuan tanah dan mulai tinggal di sana. Para penduduk desa merasa harus memberitahunya tentang peraturan desa, dan kakekku – sebut saja Masaya – ditunjuk untuk berbicara padanya. Masaya cepat-cepat menuju kabin Tasuku dan menceritakan semuanya.
 “Jika kita tidak mematuhi aturan, ini akan menjadi masalah besar,” tuntut Masaya.
Aku heran mengapa penduduk tidak mengusir pria itu saja, dan kakekku menjelaskan bahwa sekitar separuh dari penduduk desa berasal dari tempat lain. Mereka tidak menemukan alasan untuk membuatnya pergi.
Tasuku pun mengatakan ia mengerti bahwa ia harus mematuhi aturan. Akhirnya hari ketiga di bulan berikutnya pun tiba, seorang pria dan wanita yang berusia sekitar dua puluhan dan juga seorang pria berusia sekitar empat puluhan pergi ke rumah tuan tanah. Mereka bertiga berpakaian baik dan memiliki hawa yang menunjukkan kepada penduduk desa bahwa mereka adalah orang berada.
Mengapa orang luar mengunjungi desa ini? Itu berhubungan dengan pengambilan rambut, sebuah metode menghapus kutukan dan segala bentuk kegelapan dari orang-orang. Sang tuan tanah tampaknya telah menjalani pengobatan semacam ini secara turun temurun. Seperti namanya, iblis dihapus dengan cara mengambil rambut. Tetapi, rambut tersebut harus diambil dari perut orang yang menderita. Rambut itu kemudian dibawa ke gunung untuk disegel.
Hari ini pun tak ada bedanya dengan hari-hari ketiga setiap bulan lainnya. Sang pengambil rambut pergi ke belakang rumah untuk mengambil sebuah bungkusan kecil yang menahan rambut, dan mereka pergi ke gunung untuk menyegelnya.
Tetapi Tasuku, yang baru saja menjadi penduduk desa, mengabaikan aturan yang ia berjanji untuk menjaganya. Alih-alih tinggal di rumah, ia justru bersembunyi di semak-semak dekat rumah dan melihat sang pengambil rambut datang dan pergi. Berasumsi bahwa sesuatu yang berharga pasti tersembunyi di dalam bungkusan tersebut, diapun membuntuti mereka bertiga.
Lokasi di mana rambut terkutuk itu disegel adalah di tengah hutan di sebuah kuil kecil. Kuil itu sendiri khusus untuk hal-hal semacam ini, dan sang pengambil rambut bertanggung jawab untuk penjagaannya. Tiga orang tersebut melakukannya seperti yang selalu mereka lakukan di kuil, tak sadar bahwa Tasuku sedang bersembunyi di hutan.
Di dalamnya adalah seikat rambut yang tertutupi darah. Tasuku segera melemparkan bungkusan itu beserta isinya ke pinggir dan lari.
Hari berikutnya kabin Tasuku terbakar api.
Dia berusaha kabur dengan hanya beberapa luka gores, tetapi sang tuan tanah merasa bahwa ada sesuatu yang aneh dan memanggil pendatang baru ke rumahnya. Tampaknya Tasuku tak menyebutkan apapun tentang hari sebelumnya, tetapi sang tuan tanah bisa melihat bahwa sesuatu telah datang sendiri pada sang pria. Sang tuan tanah mengatakan bahwa jika Tasuku tak ingin mati, Tasuku harus menjalani ritual pengambilan rambut. Jika ia menolak, maka hidupnya akan segera berakhir.
Tasuku menolak. Di akhir hari itu, dia dibuang dari desa. Beberapa hari setelah pengusirannya, rumah sang tuan tanah terbakar habis dengan dia dan keluarganya terjebak di dalamnya. Sesosok mayat mencurigakan terlihat seperti Tasuku ditemukan di reruntuhan rumah yang hangus, dan penduduk desa berasumsi bahwa dia telah membakar rumah tuan tanah sebelum mencoba kabur.
Segera setelahnya, sang pengambil rambut mengunjungi kuil di gunung hanya untuk menemukan bahwa segelnya telah rusak total dan seluruh rambut yang tersimpan di dalamnya telah diambil. Ini hanyalah rumor, tetapi banyak penduduk desa percaya bahwa Tasukulah yang merusak kuil, mencuri rambut, dan kemudian pergi ke rumah tuan tanah. Kekuatan kutukan yang tertahan dalam rambut meledak dalam sekali gerak dan entah bagaimana menimbulkan api yang membakar rumah tersebut.
Setelah sang tuan tanah wafat, desa tersebut berhenti menerima dana dari luar. Akhirnya desa pun kosong dan semua orang pergi.

 “Sejak saat itu, aku takut akan kematian rambut,” kata kakekku, mengelus kepala botaknya.
*** 
Translated by: Kuro-chan
Source: Okaruto

Tidak ada komentar:

Posting Komentar